Contoh Proposal Skripsi Prodi BKI : HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MASA PANDEMI COVID 19 DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

 

PROPOSAL



HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MASA PANDEMI COVID 19 DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA MTS ROUDLOTUL MUTA’ALIMIN SIMBAR BANYUWANGI 2019/2020

 


 

 

OLEH:
SHOFIA MUNAWAROH

NIM: 18112211002611

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM BLOKAGUNG

TAHUN 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi peserta didik dengan cara menfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 yang berisi tentang: Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian     diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar, menengah, keatas dan dosen di perguruan tinggi.

Prestasi belajar sangat penting sekali sebagai indikator keberhasilan baik bagi seorang guru maupun siswa. Bagi seorang guru, prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pedoman penilaian terhadap keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar siswa. Seorang guru dapat dikatakan berhasil jika menjalankan program pembelajarannya telah mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan bagi siswa, prestasi belajar merupakan tolok ukur yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilannnya dalam belajar. Akan tetapi tidak semua siswa bisa mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Sebagian besar siswa kelas VII MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi belum bisa mencapai kriteria penilaian yang telah ditentukan (hasil wawancara dengan wali kelas pada tanggal 17 November 2019).

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar telah banyak dilakukan. Menurut Syah (2003), beberapa faktor prestasi belajar yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri dari faktor psikologis (inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi), dan faktor fisiologis (sakit atau cacat tubuh). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan sosial (orangtua dan keluarga) dan lingkungan nonsosial (lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, dan tata letak gedung sekolah).

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, terdapat faktor motivasi dan lingkungan sosial seperti orangtua, keluarga, dan teman sebaya. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menguji hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah bagaimana orangtua dapat memberikan dampak yang baik maupun buruk dalam kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Motivasi yang muncul dari seorang siswa merupakan penggerak dalam diri siswa untuk belajar dengan harapan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan positif antara dukungan orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammmad Syarafuddin (2012) tentang Hubungan Dukungan Orangtua dengan Prestasi belajar Siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur terbukti bahwa dukungan orangtua dan prestasi belajar siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur tergolong cukup baik dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan orangtua dengan prestasi belajar siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan dukungan orangtua yang positif mampu meningkatkan hasil belajar secara positif. Sebaliknya, tidak adanya dukungan orangtua maka hasil belajar siswa akan menurun (Syarafuddin, 2012).

Motivasi belajar adalah dorongan yang mampu memberikan petunjuk kepada siswa untuk belajar dan memberikan arahan kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan sikap semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka terlihat bersungguh-sungguh, perhatian dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik dikelas maupun diluar kelas (Arifudin, 2009). Oleh karena itu, sebagai orangtua harus dapat mendukung segala bentuk usaha yang dilakukan oleh anaknya sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam melanjutkan pendidikan formal maupun nonformal. Dengan adanya dukungan dari orangtua tersebut, maka anak merasa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan belajar (Rahmi, 2011).

Berdasarkan pengamatan awal, kehidupan sosial ekonomi mata pencaharian orangtua siswa rata-rata bekerja sebagai petani, buruh, dan pegawai swasta. Tuntutan ekonomi dan pekerjaan yang tinggi membuat orangtua siswa di MTs Al Hidayah Karangploso harus bekerja keras memenuhi kebutuhan sehari- hari keluarganya. Sehingga waktu yang diluangkan untuk keluarga sangat terbatas untuk memperhatikan aktivitas belajar anak, akibatnya anak belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri dan kesehariaanya terlalu banyak waktu untuk bermain dengan temannya.

Indonesia dan seluruh negara di dunia saat ini sedang berada pada masa pandemi akibat penyakit virus covid 19 yang menyerang diseluruh penjuru dunia. Banyak hal yang berubah akibat pandemi ini termasuk dunia pendidikan di Indonesia. Saat ini seluruh sekolah di Indonesia melaksanakan sekolah online berdasarkan anjuran dari Kemendikbud. Tentu ini dunia baru juga bagi anak-anak di sekolah. Mereka yang biasanya belajar bersama dalam satu waktu dan tempat yang sama, kini harus terpisah dan belajar sendiri dari rumah yang mana tentu ini juga akan berdampak pada kondisi anak tersebut dalam belajar.

Berdasarkan paparan fenomena yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk mendapatkan bukti empiris tentang sejauh mana hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar siswa pada masa pandemi covid 19 dengan prestasi belajar pada siswa MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi.

 

B.  Rumusan Masalah

1) Bagaimana tingkat dukungan orangtua pada siswa?

2) Bagaimana tingkat motivasi belajar pada siswa?

3) Bagaimana tingkat prestasi belajar pada siswa?

4) Apakah ada hubungan langsung dan tidak langsung antara dukungan orangtua dan motivasi belajar dengan prestasi belajar?

 

C.  Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana tingkat dukungan orangtua pada siswa.

2) Untuk mengetahui bagaimana tingkat motivasi belajar pada siswa.

3) Untuk mengetahui bagaimana tingkat prestasi belajar pada siswa.

4) Untuk mengetahui apakah ada hubungan langsung dan tidak langsung antara dukungan orangtua dan motivasi belajar dengan prestasi belajar.

 

D.  Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan kepada semua pihak baik dari segi teoritis maupun praktis.

a.         Secara teoritis

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar siswa pada masa pandemi covid 19 dengan prestasi belajar pada siswa MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi.

b.      Secara aplikatif

1)   Menjadi tambahan pengetahuan dan pengembangan wawasan bagi penulis, khusunya tentang sejauh mana hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar siswa pada masa pandemi covid 19 dengan prestasi belajar pada siswa MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi.

2)   Memberikan gagasan bagi pembaca, pendidik, ataupun lembaga terkait, terkait dengan Menjadi tambahan pengetahuan dan pengembangan wawasan bagi penulis, khusunya tentang sejauh mana hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar siswa pada masa pandemi covid 19 dengan prestasi belajar pada siswa MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi.

3)   Memberikan sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan pendidikan serta untuk bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A.  Landasan Teori

1.         Dukungan Orangtua

1.1 Klasifikasi Perilaku Orang Tua

Orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung jawab atas proses pembentukan karakter anak. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada anak sebagai bekal utama sebelum berinteraksi dengan lingkungan sosial dan untuk perkembangan mereka.

Menurut Nurmini Mappahijah (2010), berikut ini adalah beberapa sikap dan perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi perilaku anak dalam membiasakan perilaku merawat kesehatan gigi dan mulut yaitu :

1.  Orang tua yang otoriter

Orangtua yang otoriter biasanya mempunyai pandangan bahwa apa yang telah ditetapkan, itulah yang terbaik untuk anaknya. Sikap ini biasanya membuat anak cenderung untuk patuh, bertingkah laku baik, ramah dan sopan.

2.    Orang tua yang terlalu sabar

Orangtua  seperti  ini  menunjukkan  perhatian  yang  berlebihan  terhadap anaknya. Segala permintaan dan kebutuhan anak selalu dipenuhi sehingga membuatnya tidak mengalami perkembangan dalam reaksinya. Anak akan menjadi pemarah, tidak memiliki kontrol diri, mempunyai keinginan yang berlebihan, menjadi lengah dan tidak penurut.

3.    Orang tua yang terlalu melindungi

Orang  tua  selalu  menunjukkan  rasa  cemas  yang  berlebihan.  Anak  akan mengalami keterlambatan dalam kematangan dan aturan-aturan sosial. Anak merasa tidak berdaya, malu, cemas, dan memiliki perasaan sebagai seorang yang selalu berada di bawah.

4.    Orang tua yang lalai

Orang  tua  yang  lalai  akan  menunjukkan  perhatian  yang  kurang  terhadap prestasi belajar anaknya. Hal ini mungkin dikarenakan adanya kesibukan orangtua sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian pada anak.

 

5.    Orang tua yang suka mencurigai.

Sikap ini ditunjukkan oleh orang tua dengan mempertanyakan tentang perlunya belajar di rumah. Biasanya hal ini bukanlah merupakan rasa keingintahuan karena pertanyaan yang diajukan dilakukan dengan rasa ketidakpercayaan pada gurunya

6.    Orang tua yang manipulatif

Orangtua seperti ini sering bertanya secara berlebihan dalam hal pembelajaran anaknya di sekolah.

1.2 Konsep Dukungan Orang tua

Orang tua mencerminkan pengaruh norma yang terdapat dalam lingkungan sosiokultural yang lebih luas. Norma itu menjadi kebiasaan dari tiap individu belajar sesuai dengan cara-cara dan norma lingkungan seperti melalui proses meniru dan sistem ganjaran dan hukuman. Proses meniru terjadi bila anak melihat dan mengikuti apa yang dilaksanakan oleh orangtuanya. Kebiasaan muncul didasarkan pada norma-norma yang ada didalam masyarakat. Norma sosial merupakan kebiasaan yang lazim dipergunakan oleh setiap anggota kelompok untuk berperilaku.

Bailon dan Maglaya (2008) mendefinisikan bahwa orang tua adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Orang tua merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala orang tua dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988 ). Menurut Narwoko dan Suyanto (2004), orang tua adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, orang tua merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.

Dukungan adalah suatu pola interaksi yang positif atau perilaku menolong yang diberikan pada individu dalam menghadapi suatu peristiwa atau kejadian yang menekan dan dianggap penting dalam proses kehidupan. Dukungan yang dirasakan oleh individu dalam kehidupannya membuat individu tersebut merasa dicintai, dihargai, dan diakui serta membuat dirinya menjadi lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam individu tersebut. Orang yang menapat dukungan akan merasa menjadi bagian dari pemberi dukungan (Bobak, 2005).

Pada hakekatnya orang tua diharapkan mempu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota orang tua, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar orang tua yang harmonis dan bahagia. Hubungan kasih sayang dalam orang tua merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling memercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2005).

Dukungan orang tua adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota orang tua memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2008).

Friedman (2008) menjelaskan bahwa orang tua memiliki beberapa jenis bentuk dukungan, yaitu :

1.  Dukungan informasional

Orang tua berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) dan disseminator (penyebar) informasi tentang berbagai hal. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat untuk digunakan mengungkapkan dan menyelesaikan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu pemahaman karena informasi yang diberikan dan dapat menyumbangkan sugesti dan aksi pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

2.  Dukungan penilaian

Orang tua bertindak sebagai suatu bimbingan yang bersifat umpan balik, membimbing dan menengahi dalam proses pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota orang tua yang diantaranya memberikan support (dukungan), perhatian, dan penghargaan.

3.  Dukungan instrumental

Orang tua merupakan sebuh sumber pertolongan praktis dan konkret, yang mengusahakan untuk menyediakan fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan masing-masing anggota orang tuanya.

4.  Dukungan emosional

Orang tua sebagai tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Adapun mekanisme dalam hal membangun dukungan orang tua menurut Cochen dan McKay (2008), yaitu :

1.  Dukungan Nyata

Meskipun sebenarnya setiap orang dapat memberikan dukungan dalam bentuk uang dan perhatian, dukungan nyata merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan baik. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakteraturan dan ketidakterimaan yang tidak baik akan benar-benar menambah tekanan dan stress individu dalam kehidupan orang tua. Bentuk dari dukungan nyata ini antara lain seperti perhatian dan material.

2.  Dukungan pengharapan

Kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman. Mengharapkan individu pada orang yang sama telah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasihat dan bantuan. Dukungan pengharapan juga dapat membantu meningkatkan strategi individu dengan menyarankan strategi-strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif dari situasi tersebut.

Dukungan dapat diberikan dari siapa saja, diantaranya oleh dukungan kerabat, tenaga kesehatan, tetangga/lingkungan, teman, organisasi keagamaan, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Namun karena adanya faktor keintiman sesama anggota orang tua maka dukungan orang tua bisa menjadi motivasi yang besar dalam upaya penrubahan perilaku termasuk perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak (Bobak, 2005).

Dukungan orang tua mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk orang tua yang dipandang oleh anggota keluarga bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial orang tua dapat berasal dukungan sosial internal, seperti dukungan suami atau isteri serta dukungan saudara kandung, atau dukungan orang tua eksternal seperti kerabat, sepupu, dan sebagainya (Friedman, 2008).       

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan orang tua terhadap perilaku anak termasuk pendidikan anak yang didalamnya juga ada berdampak pada prestasi anak yaitu :

1.  Pekerjaan

Jenis pekerjaan orang tua dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Pekerjaan mempengaruhi waktu yang dapat mereka luangkan untuk keluarga dan sumber pendapatan yang dapat digunakan untuk kesehatan anak. Akan tetapi, teori mengenai hubungan antara pekerjaan orang tua dengan kesehatan anak masih bersifat ambigu. Di satu sisi, hal ini dapat menambah sumber daya keuangan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan anak. Akan tetapi di sisi lain, pekerjaan mungkin dapat mengurangi waktu antara orang tua dengan anak sehingga perhatian terhadap kesehatan mereka menjadi berkurang. (Hong Liu dan Zhong Zhao, 2011).

2.  Penghasilan orang tua

Penghasilan orang tua juga dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Sebagian besar anak dengan orang tua yang berpenghasilan rendah akan memiliki tingkat kesehatan yang rendah dibandingkan anak dengan orang tua yang makmur. Orang tua yang berpenghasilan tinggi mungkin memiliki anak yang sehat karena mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk melakukan perawatan kesehatan atau membeli keperluan yang dapat membuat kesehatan mereka lebih baik. Penghasilan orang tua dapat berhubungan dengan kesehatan anak-anak karena mempengaruhi kualitas dan kuantitas kesehatan yang diperoleh oleh mereka. Hal ini juga akan mempengaruhi gizi dan perilaku kesehatan mereka (Susan E.Mayer, 2002).

3.  Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah faktor terbesar kedua dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, serta pemahaman yang baik dan buruk dalam bertindak. Semakin tinggi pendidikan seseorang, ia akan memiliki pemahaman yang lebih sehingga akan berpengaruh terhadap sikap. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut (Lina Natamiharja, 2011).

4.  Jumlah anak dalam keluarga

Jumlah anak dalam keluarga akan berpengaruh terhadap perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, khususnya masalah kesehatan. Orang tua dengan jumlah anak yang banyak memerlukan lebih banyak waktu untuk memperhatikan anak-anaknya jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai anak yang berjumlah sedikit. Kesibukan tersebut akan mengakibatkan berkurangnya perhatian terhadap kesehatan gigi setiap anaknya. (Hallet K B, O’Rourke P K, 2003).

1.4 Manfaat Dukungan Orang Tua

Dukungan orang tua adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungannya bisa jadi berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan individu sebagai anggota keluarga. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan orang tua mempu membuat anggota keluarga berfungsi dan bertindak dengan potensi masing-masing. Sebagai akibatnya, hal ini akan mampu meningkatkan adaptasi dan kesehatan kelurga (Friedman, 2008).

Wills (1985) dalam Friedman (2008) menyimpulkan bahwa baik itu efek-efek penyangga yaitu dukungan orang tua menahan dan meminimalisir efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama bahwa dukungan orang tua yang baik akan menurunkan stress dan tekanan secara langsung dapat meningkatkan kondisi kesehatan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan orang tua terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan orang tua yang adekuat terbukti berhubungan dengan menutunnya angka mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, meningkatnya kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dan kestabilan emosi (Ryan dan Austin dalam Friedman, 2008).

Menurut Feiring dan Lewis (2004), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa orang tua besar dan orang tua kecil secara kualitatif memiliki hubungan akan intensitas adanya dukungan orang tua terhadap kesehatan anak. Anak-anak yang berasal dari orang tua kecil dalam artian orang tuanya tidak banyak memiliki anak akan menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari orang tua besar (orang tua yang memiliki banyak anak). Selain itu, dukungan yang diberikan orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia, ibu yang masih muda cenderung untuk tidak bisa merasakan atau mengenali secata sensitif kebutuhan anak dan orang tuanya dan juga lebih egosentris dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua.

Faktor lain yang memengaruhi dukungan orang tua lainnya adalah kelas sosial dan ekonomi orang tua. Kelas sosial dan ekonomi yang dimaskud ialah meliputi tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan individu sebagai anggota orang tua. Dalam hal orang tua dengan kelas sosial dan ekonomi menengah ke bawah suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil lebih bisa dimungkinkan ada, sementara dalam orang tua dengan kelas sosial dan ekonomi menengah ke atas, lebih dimungkinkan adanya hubungan sesama anggota keluarga yang egosentris dan otoritas. Selain itu orang tua dengan kelas sosial dan eonomi yang menengah ke bawah mempunyai tingkat dukungan, afeksi, dan keterlibatan yang lebih tinggi daipada orang tua dengan kelas sosial dan ekonomi yang menengah ke atas juga dapat mempengaruhi dukungan orang tua terhadap perkembangan tumbuh kembang anaknya. (Friedman, 2008).

 

2.         Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan yang mampu memberikan petunjuk kepada siswa untuk belajar dan memberikan arahan kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan sikap semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka terlihat bersungguh-sungguh, perhatian dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik dikelas maupun diluar kelas (Arifudin, 2009).

Oleh karena itu, sebagai orangtua harus dapat mendukung segala bentuk usaha yang dilakukan oleh anaknya sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam melanjutkan pendidikan formal maupun nonformal. Dengan adanya dukungan dari orangtua tersebut, maka anak merasa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan belajar (Rahmi, 2011).

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756). Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.


Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75). Demikian dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki dorongan motivasi orang tua untuk berhasil lebih besar dalam diri siswa itu. Sebab ada kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi mungkin akan gagal berprestasi karena kurang adanya motivasi dari orang tua.

Motivasi dalam belajar sangat penting artinya untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang diharapkan, sehingga motivasi siswa dalam belajar perlu dibangun.
Menurut Nasution (1982:77) motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1.    Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang melepas energi.

2.    Menentukan arah perbuatan , yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3.    Menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

3.         Masa Pandemi covid 19

Pandemi adalah suatu wabah penyakit global. Menurut World Health Organization (WHO), pandemi dinyatakan ketika penyakit baru menyebar di seluruh dunia melampaui batas. Ada banyak contoh dalam sejarah, yang terbaru ada pandemi COVID-19. Pandemi yang mirip flu ini dinyatakan oleh WHO pada 12 Maret 2020. Istilah pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana meliputi daerah geografi yang luas. Dalam pengertian yang paling klasik, ketika sebuah epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi di beberapa negara lainnya selain negara asal, akan tetap digolongkan sebagai pandemi.

Pandemi umumnya diklasifikasikan sebagai epidemi terlebih dahulu yang penyebaran penyakitnya cepat dari suatu wilayah ke wilayah tertentu. Sebagai contoh wabah virus Zika yang dimulai di Brasil pada 2014 dan menyebar ke Karibia dan Amerika Latin merupakan epidemi, seperti juga wabah Ebola di Afrika Barat pada 2014-2016. Terbaru, COVID-19 dimulai sebagai epidemi di China sebelum menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan bulan dan menjadi pandemi. Meski demikian, epidemi tidak selalu menjadi pandemi dan tidak selalu memiliki transisi yang cepat atau jelas.

 

4.         Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study” (Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251)

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.

B.  Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan positif antara dukungan orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammmad Syarafuddin (2012) tentang Hubungan Dukungan Orangtua dengan Prestasi belajar Siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur terbukti bahwa dukungan orangtua dan prestasi belajar siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur tergolong cukup baik dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan orangtua dengan prestasi belajar siswa SMAN 1 Keruak Kab. Lombok Timur. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan dukungan orangtua yang positif mampu meningkatkan hasil belajar secara positif. Sebaliknya, tidak adanya dukungan orangtua maka hasil belajar siswa akan menurun (Syarafuddin, 2012).

Temuan penelitian selanjutanya yang telah dilakukan oleh Gullham (2011), mengenai Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka prestasi belajarnya akan tinggi (baik). Sebaliknya, jika motivasi belajar siswa rendah, maka prestasi belajar siswa akan baik.

Dalam penelitian lain yang telah dilakukan oleh Hajar Nur Fathur Rohmah (2010) tentang Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Askeb 3 Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan FK UNS Tahun Ajaran 2009/2010, menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata kuliah Askeb 3 mahasiswa DIV Kebidanan FK UNS. Motivasi belajar mempunyai korelasi positif dan meyakinkan terhadap prestasi belajar sebesar 0,570, sedangkan motivasi belajar mempunyai sumbangan efektif sebesar 32,49% terhadap prestasi belajar.

Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Vera Rahmi (2011), yang berjudul Pengaruh Dukungan Orangtua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik pada Remaja, menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik pada remaja yang mengikuti kursus musik di JM Music & Entertaiment Pamulang.

Dalam penelitian ini hubungan antara dukungan orangtua terhadap prestasi belajar tidak terjadi secara langsung melainkan melalui motivasi belajar.

 


 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk suatu tujuan tertentu. Sedangkan metode penelitian bisa diartikan sebagai cara Ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian juga bisa diartikan sebagai bentuk usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dimana usaha yang dilakukan tentunya dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Dengan demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara kerja yang operasionalnya untuk menemukan, mengembangkan, menguji serta memahami kebenaran objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan (Sugiyono, 2017: 2-3).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan Kualitatif dengan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mendriskipsikan secara faktual sejauh mana hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi belajar siswa pada masa pandemi covid 19 dengan prestasi belajar pada siswa MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi. Sehingga hasilnya nanti bias disusun secara naratif, mendalam dan kreatif sesaui kejadian alamiyahnya. (PPKI, 2010:28).

B.     Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat pada MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi.

 

C.    Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto “Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk teknik mengumpulkan data” (Arikunto, 2010:193)[2]. Dalam langkah pengumpulan data sangat dibutuhkan adanya tehnik pengumpulan data yang tepat dan relevan, sehingga data yang digali memang benar-benar akurat dan dapat mendukung proses penelitian. Apabila alat pengumpulan data bisa valid, reliable, dan obyektif maka data yang diperolehpun akan valid, reliable, dan obyektif.

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.   Wawancara

Wawancara atau disebut juga dengan interview adalah suatu proses tanya jawab dalam proses penelitian yang dilakukan secara lisan dan mendengar langsung oleh dua orang atau lebih untuk bisa mendapatkan informasi dan keterangan yang akurat (Arikunto, 2010:13)[3]. Dalam penelitian kali ini akan dilakukan wawancara mendalam atau disebut dengan indepth interview. Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden atau orang yang diwawancarai.

Oleh karenannya sebelum melaksanakan wawancara para peneliti diharuskan menyiapkan instrumen wawancara yang dikenal dengan pedoman wawancara. Pedoman mi berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkaitan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji. Informan wawancara yang peneliti lakukan adalah seluruh siswa kelas VII.

2.   Observasi

Observasi memiliki arti pengamatan. Artinya seorang peneliti menggali informasi dan data dengan langsung mengamati obyek penelitian serta slalu siap melakukan pencatatan secara sistematik. Sehingga informasi dan data yang digali memang benar-benar akurat.

Observasi yang penulis lakukan merupakan observasi lapangan, observasi dilaksanakan di lokasi penelitian meliputi di kelas VII MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar. Observasi sebelum ke lapagan juga penulis lakukan yakni observasi ke guru dan orang tua siswa.

3.   Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa “Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya” (Arikunto, 2010:196).[4]

Dokumentasi dilaksanakan dalam dua bentuk, yaitu dokumentasi langsung ke lapangan, dan dokumentasi tidak langsung dengan meminta dokumentasi kegiatan-kegiatan dan data-data dari Kantor MTs Roudlotul Muta’alimin Simbar Banyuwangi

 

D.    Teknik Analisis Data

Teknik ananlisis data merupakan langkah berikutnya setelah semua data dan informasi terkumpul. Menurut Sutopo dan Arief Analisis data adalah proses analisa data yang mendasar pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti (Sutopo dan Arif, 2010:57).[5]

Pola pikir yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pola pikir induktif. Sedangkan proses analisa data menggunakan prosedur analisa  model Miles dan Hubberman, adapun langkahnya adalah sebagai berikut:

1.   Reduksi data

Data dan informasi yang sudah didapat akan di reduksi. Dalam artian diteliti kembali dan ditata rapi. Sehingga jika sewaktu-waktu membutuhkan data peneliti tidak kebingungan (Sugiyono, 2017: 247).

2.   Penyajian data (display)

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan (Sugiyono, 2017: 249).

3.   Penarikan kesimpulan (verifikasi)

Penarikan kesimpulan adalah proses yang terpenting dan terakhir dalam analisis kualitatif. Yakni hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil suatu tindakan. Suatu kesimpulan yang diambil harus dapat diuji kebenaran dan kecocokannya sehingga memang benar menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Sugiyono, 2017: 252).

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri.1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta:Bumi Aksara

Jamaris, Martini. 2009. Dukungan Orangtua: Motivasi Belajar. Jakarta: Yayasan Penamasa.

Koestoer, PartoWisastro. 1998. Pengajaran Remedial. Jakarta: Rineka Cipta, Mantja,W.2007. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan Dan Manajemen  Pendidikan.Malang:Elang Mas.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta

 



[1] Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), 3

[2] Ibid ,hal. 193.

[3] Ibid, hal. 138

[4]Ibid,hal. 196.

[5] Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. (Prenada Media Group : Jakarta), hal. 57

Komentar